Friday 21 May 2010

Nasionalisme ala IP Man

Semoga tidak terlalu berlebihan judulnya, hanya ingin membuat sedikit berbeda dari sekedar resensi film, ya film, baru saja selesai nonton film IP Man 2. overall lumayan, ini dari kacamata penikmat film amatir sih,...hehehe,.dari sisi aksi bagus, karena memang kalo film aksi laga, model-model kungfu seperti Donnie Yen, si pemeran utama film, ataupun Jet Lee, aktor laga lainnya, lebih menarik dari kungfu model Jacky Chan, walaupun saya juga suka film-filmnya Jacky Chan. Dari sisi cerita, sangat terlihat jelas soal nasionalisme China yang coba disebarkan dan ditunjukkan ke seluruh asia, atau mungkin dunia kalau film ini masuk box office.

Sebenarnya kalau soal ide cerita saya yakin Indonesia juga memiliki banyak potensi, mulai dari kisah si Pitung, si Jampang, atau mungkin sampai guru-guru perguruan silat yg cukup banyak di Indonesia. Kalau soal isi cerita atau naskah, saya yakin Indonesia punya banyak bakat meningat film-film Indonesia yg juga mendapat penghargaan Internasional, yg menjadi masalah mungkin soal aktor laganya, kalau cuma dicari yang jago silat, pasti banyak, cuma kalau yg jago silat plus pandai berakting, kok sepertinya jarang atau justru tidak ada.

Mengingat kembali film laga terakhir dari Indonesia "Merantau", aktornya punya aksi laga yg bagus, tapi sayang soal akting masih terlihat kurang dibandingkan aksi laganya.

Harapanku, semoga film-film Indonesia yg dari judulnya saja sudah bikin 'eneg', gak ada yang nonton, supaya para produser, sutradara, dan penulis naskah terpancing meningkatkan kualitas film-film produksinya dan bahwa film-film sampah yang hanya menonjolkan keelokan aktrisnya saja tidak akan ditonton orang Indonesia.

Orang bilang saya gila

Saya yang dimaksud tentu bukan penulis di blog ini, Alhamdulillah sampai detik tulisan ini diketik, saya masih waras bin sehat walafiat. Orang gila yang dimaksud adalah salah satu pengusaha kelas kakap dari Indonesia pemilik Kemchicks group yang di setiap penampilannya di media selalu memakai celana pendek, kenal?yup dia Bob Sadino.

Sebagai salah seorang entrepreneur, Bob memang memiliki keunikan tersendiri, tapi kalau dipikir-pikir memang pengusaha-pengusaha sukses biasanya terkesan unik mengarah ke nyentrik entah dari sisi hobinya, penampilan, cara bicara, kiat dagang atau cara berpikirnya, nah kalau Bob Sadino ini sekilas kalau dilihat sudah ada keunikannya tersendiri, dari sisi penampilan, kemana-mana selalu memakai celana pendek, ketemu dengan siapapun, termasuk dengan presiden sekalipun ya, kemeja dan celana pendek itulah baju formalnya. Entah apa yang hendak coba ditunjukkannya dengan penampilan seperti itu apakah ingin menunjukkan kesederhanaan atau apa, tidak ada yang tahu, karena kalau ditanya jawabnya ya, biar nyaman aja, isis(dingin) katanya.

Hal unik lain dari sosok Bob Sadino adalah cara berpikir dan beberapa pernyataannya seperti, "saya dagang untuk cari rugi", "kalau mau kaya, ngapain sekolah", dan berbagai kritiknya terhadap sistem pendidikan di Indonesia yang tidak pernah diorientasikan untuk mencetak sosok-sosok pengusaha yang mandiri, hanya mencetak sosok-sosok tahu dan berharap pekerjaan menghampiri mejanya, padahal menjadi pengusaha berarti harus mencari meja atau membuat meja sendiri untuk bekerja.

Inspiring, itu kesan waktu membaca buku dengan judul kontroversial yang tidak terlalu tebal, walaupun setelah membava buku ini, otakku masih terkungkung dengan ketakutan dan berbagai macam teori untuk memulai suatu usaha. Sebuah cita-cita besar untuk menjadi orang merdeka, sebebas-bebasnya secara materi, non materi dan individual mungkin dengan menjadi pengusaha, walaupun cuma jadi pedagang kerupuk keliling.

Bukan soal hasil tapi proses belajarnya...

  Melihat blog teman-teman dengan beraneka ragam tulisan, memancing niatku untuk belajar menulis, menulis apa saja, entah pengalaman sehari-hari, resensi film, puisi dan sebagainya. Niat yg susah diwujudkan karena aku bukan termasuk golongan orang yang pandai mengungkapkan isi hati dan pikiran,...lho apa hubungannya, bukankah menulis itu sama dengan mencurahkan segenap isi pikiran yang terkadang melibatkan isi hati/perasaan, ya itu hubungannya heheheh,.....

  Ternyata kegemaran membaca tidak segaris dengan kemampuan untuk menulis, tidak ada hubungan garis malah, suka membaca biasanya diidentikkan dengan banyaknya pilihan kosa kata, gaya menulis, dan sebagainya, ibaratnya semakin banyak membaca maka semakin bermutu lah apa yang dituliskannya, setidaknya itu yang pertama kali kubayangkan, ternyata ya itu tadi, tidak segaris, menulis jauh lebih susah dibanding membaca. ya pastilah hehehe.

  Belum banyak pilihan kata dengan gaya bahasa yang teratur dengan alur tulisan yg terus mengalir sehingga mampu membuat pembaca terus mengikuti tulisan itu sepanjang apapun, sebanyak apapun halamannya dalam blog ini, orang yang bikin blog baru belajar nulis.

bukan soal hasil tapi soal proses belajarnya....