Wednesday 8 June 2011

Pembangunan Mental Bangsa

Setelah beberapa lama akhirnya buat tulisan lagi tentang permasalahan sosial, walaupun saya bukan ahlinya, walaupun saya juga tidak punya solusi nyatanya, atau bahkan justru saya juga bagian dari permasalahan sosial ini,..hehehe, tapi yang namanya unek-unek lebih enak kalau dituangkan, lewat media apapun.

Kemiskinan dan kebodohan adalah dua hal yang dicanangkan oleh para pendiri bangsa ini sebagai musuh baru yang harus ditumpas setelah jaman perjuangan kemerdekaan fisik, setiap pemimpin bangsa ini di setiap periodenya memiliki tugas berat untuk memeranginya, tidak bertujuan untuk menumpasnya habis hanya mengurangi jumlahnya, karena suatu hal yang mustahil kemiskinan dan kebodohan itu ditumpas habis, mengingat 2 hal itu juga termasuk bagian dari keseimbangan sosial, tidak akan ada kaya kalau tidak ada miskin dan tidak ada pintar kalau tidak ada bodoh.

Menjadi lebih sulit kalau upaya untuk mengurangi angka kemiskinan dan kebodohan harus melewati tahap pembangunan mental dahulu, dan inilah yang menjadikan tugas bagi pemimpin bangsa ini menjadi sangat berat, karena dia harus bisa membangun mental bangsa nya dahulu. Mental untuk terus maju dan berinovasi, mental mau bekerja keras.

Sebenarnya bukan cuma dua atau tiga hari aku tinggal di ibu kota Jakarta ini, sudah beberapa bulan kalau diakumulasikan, dan hal paling menyiksa ketika ada di Jakarta ini selain macetnya adalah, banyaknya kaum peminta-minta alias pengemis yang bertebaran di setiap sudut jalan, jauh lebih banyak dibanding kota-kota besar lain di Indonesia yang pernah kukunjungi, sebuah tanda kesenjangan sosial yang begitu tampak nyata di mata. Tapi bukan masalah kesenjangan yang ingin kubahas disini, tapi soal  kaum peminta-minta yang ada di daerah khusus ini. diantara kaum peminta-peminta itu banyak sekali diantaranya yang masih anak-anak. mereka berkeliling dari warung satu ke warung lain di pusat-pusat perkantoran, pusat perbelanjaan dan diantaranya banyak yang sambil menggendong balita. sungguh pemandangan yang mengganggu mata hati. Anak-anak ini masih dalam masa pembangunan karakter dan mental, apa jadinya nanti ketika mereka dewasa nanti, kalau sejak kecil sudah disuruh meminta-minta, mental seperti apa yang nanti terbentuk ketika mereka sudah dewasa, dan yang lebih mengherankan serta sama sekali sulit kupahami adalah, apa yang dipikirkan orang tua anak-anak ini, ataupun kalau bukan orang tua mereka yang menyuruh, sebejat apa jiwa orang-orang dewasa yang menyuruh anak-anak ini untuk mengemis, apa semuanya demi sepiring nasi sampai harus mengorbankan mental anak-anak ini.

Harus ada revolusi pembangunan mental secara menyuluruh kalau bangsa ini ingin maju, ataupun seandainya pertumbuhan ekonomi bangsa ini naik seperti yang didengung-dengungkan pemerintah, tanpa adanya pembangunan mental, kesenjangan sosial pasti akan semakin besar.
Hufff...apa yang bisa kulakukan, apa yang bisa kalian lakukan untuk permasalahan ini, saya juga belum tahu solusi nyatanya, ...